Sunday, November 10, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIRAN

I. TUJUAN PERCOBAAN 

Mencari overall stage efficiency dari suatu rangkaian ekstraksi cairan dan menentukan komposisi larutan keluar tiap-tiap stage serta prosen recovery dari suatu operasi ekstraksi cairan.



II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi berdasarkan kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.

Tahapan-tahapan dalam ekstraksi sebagai berikut:

· Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak sehingga terjadi perpindahan perpindahan massa secara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut.

· Memisahkan larutan ekstrak dari refinat dengan cara penjernihan atau filtrasi.

· Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut dengan menguapkan pelarut

(Bernasconi dkk, 1995)



B. Ekstraksi Dengan Pelarut

Ekstraksi pelarut dilakukan berdasarkan sifat kelarutan yang komponen didalam kelarutan yang digunakan. Komponen gas larut dapat berupa padat atau cair. Ekstraksi padat-cair disebut juga ”leaching”. Dalam ekstraksi komponen yang larut dalam pelarut, perlu dilakukan pemilihan. Pelarut yang selektif yaitu pelarut yang dapat melarutkan komponen yang akan diambil atau dipisahkan. Konsentrasi komponen yang larut dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi makin turun.

(Khopkar, 1990)




C. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Bernasconi, et.all, 1995).

Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen, dan dalam beberapa penerapan tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelarut saja (Mc Cabe, et.all, 1999).

Ekstraksi cairan merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer, karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro/ mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur (Khopkar, 1990).



D. Tahap Ekstraksi

Ekstraksi cair selalu terdiri atas dua tahap, yaitu percampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.

Pada saat pencampuran terjadi pemindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat, ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi perpindahan massa yang baik, haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin diantara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes-tetes kecil (dengan bantuan perkakas pengaduk) (Bernasconi, et.all, 1995).



E. Teknik Ekstraksi

Tiga metode dasar pada ekstraksi cairan:

a. Ekstraksi Batch

Merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah lapiran tercapai, didiamkan dan dipisahkan.

Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang lebih besar dengan jumlah pelarut yang kecil. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi Batch adalah corong pemisah.


b. Ekstraksi Kontinyu

Digunakan bila perbandingan distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinyu tergantung pada viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan, volume dari dua fase dan beberapa faktor lainnya.

c. Ekstraksi Kontinyu Counter Current

Fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi ataupun pemurnian (Khopkar, 1990).



F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Pelarut

a. Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.

b. Kelurahan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

c. Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.

d. Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cairan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.

e. Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kompenen bahan ekstraksi

f. Titik Didih

Titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.

g. Kriteria

Pelarut sebisa mungkin harus:

i. Murah

ii. Tersedia dalam jumlah besar

iii. Tidak beracun

iv. Tidak dapat terbakar

v. Tidak korotif

vi. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

vii. Memiliki viskositas yang rendah

viii. Stabil secara kimia dan termis

Beberapa pelarut yang terpenting adalah air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, tolven, eter, aseton, isopropanol, etanol, karbon disulfit (Bernasconi, et.all, 1995).

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar di postingan saya kali ini. Silahkan datang kembali pada post-post saya berikutnya ^_^

Click This Widget