Sunday, November 10, 2013

Makalah Ekstraksi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa campuran.Untuk memperoleh materi murni dari suatu campuran, kita harus melakukan pemisahan.Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan untuk memisahkan campuran.Perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai melalui penyaringan pasir dan arang.Air murni untuk keperluan laboratorium atau farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan destilasi.Untuk memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponennya seperti elpiji, bensin, minyak tanah, dilakukan melalui teknik pemisahan destilasi bertingkat.Logam aluminium dipisahkan dari bauksit melalui teknik pemisahan elektroforesis.Itulah beberapa contoh teknik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi yang lebih murni.Melalui teknik pemisahan ternyata menghasilkan materi yang lebih penting dan lebih mahal nilainya.
Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi. Ekstraksi pelarut pada umumnya digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan.Kadang-kadang gugus-gugus pengganggu ini diekstraksi secara selektif.Teknik pengerjaan meliputi penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik diusahakan agar kedua jenis pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalamcorong pemisah dengan jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur (immiscible).
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau  disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro ataupun mikro.Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pemisah.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Teknik ini dapat digunakan untuk preparative dan pemurnian.Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai tracer (pengotor) dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengklasifikasian ekstraksi pelarut?
  2. Apa saja macam-macam ekstraksi pelarut?
  3. Bagaimana penentuan Koeisien Distribusi?
1.3  Tujuan
  1. Bagaimana pengklasifikasian ekstraksi pelarut?
  2. Apa saja macam-macam ekstraksi pelarut?
  3. Bagaimana penentuan Koeisien Distribusi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya bukanlah analitis namun preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah. Seringkali suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa menit.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya menggunakan pelarut yang sesuai dengan kompnen yang diinginkan.Cairan dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain.[1]
Ekstraksi memegang peranan penting baik di laboratorium maupun industry. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelaurt air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene.[2]
2.2 Klasifikasi Ekstaksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan system ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi, sebagai khelat atau system ion berasosiasi. Akan tetapi klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu proses ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan sebagai ekstraksi khelat. Misalkan ekstraksi uranium dengan 8-hidrosikuinilin pada kloroform atau ekstraksi besi dengan cupferron pada pelarut yang sama.[3]
Banyak pemisahan penting ion logam telah dikembangkan yang pada pembentukan senyawaan kelat dengan aneka reagensia organik, contoh, perhatikan reagensia 8-kuinolinol (8-hidroksikuinolina) yang dirujuk dengan nama trivialnya, “oksina, Reagensia ini membentuk molekul yang netral, tak-larut dalam air, larutan kloroform atau karbon tetraklorida dengan ion logam; senyawan kelat .
Gambar 1.  Kelat Cu dengan oksina
Jika oksina kita singkat sebagai HOx, dapatlah kita tulis reaksi sebagai :
Cu2+ + 2HOx                              Cu(Ox)2 + 2H
Suatu zat pengkelat lain yang sangat penting untuk ekstraksi pelarut dari ion logam adalah difeniltiokarbazon atau “ditizon” .Ditizon dan kelat logamnya sangat tak-dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut semacam kloroform dan karbon letraklorida. Larutan reagensia itu sendiri adalah hijau tua, semenlara kompleks logam adalah violet tua, merah, jingga, kuning atau warna lain bergantung pada ion logamnya, logam yang membentuk ditizonat antara lain Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pd, Ag, Cd, In, Sn, dan Pb. Konsentrasi kelat dalam ekstrak itu normalnya ditetapkan secara spektrofotometris.
Golongan ekstraksi berikutnya dikenal sebagai ekstraksi melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik.Contoh dari golongan ini adalah ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida dengan dietileter atau ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan tributilfosfat.Kedua ekstraksi tersebut dimungkinkan akibat solvasi spesies logam ke fase organik.[4]
Umumnya, garam logam yang sederhana cenderung menjadi lebih dapat larut dalam pelarut yang sangat polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan dielektriknya jauh lebih rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi solvasi itu disumbangkan untuk merusak kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan kerja yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam pelarut dielektrik tinggi. Kemudian, biasanya diperlukan terbentuknya suatu spesies yang tak bermuatan jika suatu ion harus diekstrak dari dalam air ke dalam suatu pelarut organik. Telah kita saksikan suatu contoh hal ini dalam ekstraksi logam yang dirubah menjadi senyawaan kelat 8-quinolinol netral. Ion logam terikat dalam senyawaan kelat itu oleh ikatan kimia tertentu, yang seringkali sebagian besar karakternya kovalen.
Sebaliknya kadang-kadang, suatu spesies tak bermuatan yang dapat di-eksjrak ke dalam suatu pelarut organik diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya berlawanan. Memang harus diakui bahwa sukar untuk membedakan antara pasangan ion dan suatu molekul netral. Agaknya jika komponen-komponen-nya tetap bersama-sama di dalam air, spesies itu akan disebut suatu molekul; jika komponen itu cukup dipisahkan oleh air sehingga tak dapat dideteksi sebagai suatu kesatuan, maka entitas itu akan disebut suatu pasangan ion jika memang muncul demikian dalam suatu pelarut takpolar.
Suatu contoh yang lazim dari suatu sistem ekstraksi yang melibatkan pembentukan pasangan ion dalam fasa organiknya dijumpai dalam penggunaan tetraphenilarsonium kloirida untuk mengekstrak permanganat, perrenat, dan perteknetat dari air ke dalam kloroform. Spesies yang berpindah ke dalam fase organik adalah suatu pasangan ion, [(C6H5)4As+,J. Serupa pula ekstraksi ion uranil, UO]+, dari dalam larutan nitrat berair ke dalam pelarut seperti eter (sebuah proses penting dalam kimia uranium) melibatkan suatu asosiasi dari [UO2+, 2NO]. Diduga bahwa ion uranil disolvasi baik oleh eter maupun oleh air, suatu fakta yang tak diragukan lagi mempermudah penembusan fasa organik oleh suatu pasangan ion yang kemudian menyesuaikan diri lebih ke karakter dari pelarut itu.
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fase organic.Contoh yang terbaik dari golongan ini adalah ekstraksi scandium dengan triotilamin atau uranium dengn trioktilamin.Dalam hal ini pasangan ion terbentuk antara Sc atau U dalam asam mineral bersama-sama dengan amina berberat molekul tinggi.[5]
Sedangkan kategori terakhir merupakan ekstraksi sinergis.Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.Misalkan ekstraksi Uranium dengan Tributilfosfat (TBP) bersama-sama dengan 2-thenoyltrifluoroaseton (TTA).Walaupun TBP maupun TTA masing-masing dapat mengekstraksi Uranium namun jika kita menggunakan campuran dari dua pengekstraksi tersebut, kita mendapatkan kenaikan pada hasil ekstarksi.Karena itulah ekstraksi jenis ini disebut sbagai ekstaraksi sinergis.[6]
Pelarut organic yang dipilih untuk ekstraksi pelarut adalah mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (< 10%), dapat menguap sehingga memudahkan penghilangan pelarut organic setelah dilakukan ekstraksi, dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi sampel.Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu terbentuknya emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap oleh partikulat yng mungkin ada, analit terikat pada senyawa yang mempunyai berat molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara bersama-sama dalam kedua fase.Terjadinya emulsi merupakan hal yang sering dijumpai.Oleh karena itu, jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan cara:[7]
  1. Penambahan garam ke dalam fase air (salting out)
  2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
  3. Penyaringan melalui glass-wood
  4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
  5. Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda
  6. Sentrifugasi
Jika senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari plasma maka ada kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein sehingga recovery yang dihasilkan rendah. Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikata pada protein meliputi:[8]
  1. Penambahan detergen
  2. Penambahan pelarut organic yang lain
  3. Penambahan asam kuat
  4. Pengenceran air
  5. Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat
2.3 Macam-macam Metode Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu ekstraksi bertahap (batch-extraction = ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan ekstraksi arah berlawanan (counter current extraction).Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan. Ekstraksi kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi.Efesiensi yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada viskositas fase dan factor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya suatu kesetimbangan, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi kontinyu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zt yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi atau pemurnian.Sangat penting untuk fraksionasi senyawa orgnik tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa an-organik.[9]
Disamping itu, terdapat macam-macam pembagian ekstraksi yang dihimpun dari beberapa referensi.Adapun macam-macamnya adalah ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat, dan ekstraksi asam basa. Adapun penjelasannya sebagai berikut:[10]
  1. Ekstraksi padat cair (ekstraksi soxhlet)[11]
Adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya atau digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organic. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang telah halus di bungkus dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet.Pelarut organic dimasukkan ke dalam labu godog.Kemudian peralatan ekstraksi di rangkai dengan pendingin air.Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic sampai semua analit terekstrak.
Gambar 2.  Instrumen dalam Ekstraksi Soxhlet
  1. Ekstraksi Cair-Cair[12]
Merupakan metode pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro dan mikro.Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair ini adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling tercampur.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana.Meskipun demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi.Analit-analit yang mudah tereksitasi dalam pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar.
Gambar 3.  Corong pemisah, digunakan ekstraksi cair-cair
  1. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)[13]
Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative baru, akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk praperlakuan sampel atau untuk clean-up sampel-sampel kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:[14]
  • Proses ekstraksi lebih sempurna
  • Pemisahan analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien
  • Mengurangi pelarut organic yang digunakan
  • Fraksi analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
  • Mampu menhilangkan partikulat
  • Lebih mudah diatomatisasi
Sementara itu kerugian SPE adalah banyaknya jenis cartridge (berisi penyerap tertentu) yang beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil bervariasi jika menggunakan cartridge yang berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada cartridge SPE.
  1. Ekstraksi asam basa
Merupakan ekstraksi yang didasarkan pada sifat kelarutannya.Senyawa atau basa direaksikan dengan pereaksi asam atau basa sehingga terbentuk garam.Garam ini larut dalam air tetapi tidak larut dalam senyawa organic.[15]
Salah satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi, yaitu penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif. Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan sifat fisis, misalnya warna campuran yang berekasi.Titik akhir dapat dideteksi dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat terlarut yang dinamakan indicator, yang mengubah warna pada titik akhir.[16]
2.4 Koefisien Distribusi
Bila suatu zat terlarut membagi antara dua ciran yang tidak dapat campur , ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah pada suatu temperature tertentu sebagai berikut:[17]
 = tetap
[A]1menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu, pada kenyataannya hubungan ini tidak eksak.Yang benar dalam pengertian termodinamika, angka banding aktifitas bukannya rasio konsentrasi yang seharusnya konstanta. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara suatu rasio konstan terhadap aktifitas spesies itu dalam fase cair yang lain:[18]
 = kDA
Dimana aA1 menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1. Tetapan sejati kDA disebut koefisien distribusi dari spesies A. dalam perhitungan kira-kira yang memadai untuk banyak maksud dapatlah konsentrasi bukannya aktivitas digunakan dalam problem yang melibatkan nilai kD[19]
Kadang-kadang perlu atau disukai untuk memperhitungkan kompleks kimiawi dalam kesetimbangan ekstraksi. Misalnya, perhatikan distribusi as benzoat antara dua fase cair benzena dan air. Dalam fase air, asam benzoate terionisasi sebagian,
HBz + H2O   →   H3O+ + Bz-
Dalam fase benzena, asam benzoat terdimerisasi sebagian oleh pengikatan  dalam gugus karboksil,
Gambar 4.  Dimerisasi asam benzoat
Tiap spesies khusus, HBz, Bz-‑ , (HBz)2, rumus akan mempunyai nilai kdsendiri yang khusus. Maka sistem air, benzena, dan asam benzoat dapat diberikan oleh tiga koefesien distribusi. Ternyata kebetulan bahwa ion benzoat hampir keseluruhannya tetap berada dalam fase berair, dan dimer asam benzoat hanya dalam fase organik. Lagi pula, dalam eksperimen yang praktis, biasanya ahli kimia itu ingin mengetahui di mana “asam benzoat” itu berada, tak peduli apakah asam itu terionkan atau terdimerkan. Juga ia lebih berminat tentang banyaknya daripada tentang aktivitas termodinamiknya. Maka ia akan dilayani dengan lebih baik oleh suatu rumus yang menggabungkan kosentrasi semua spesies dalam kedua fase itu.
Angka banding Ddisebut rasio distribusi.Jelas bahwa D tak akan tetap konstan sepanjang jangka kondisi eksperimen. Misalnya, dengan naiknya pHfase berair Dakan turun karena asam benzoat diubah menjadi ion benzoat, yang tak terekstrak ke dalam bezena. Penambahan elektrolit apa saja dapat mempengaruhi D dengan mengubah koefesien aktivitas. Tetapi, rasio distribusi berguna bila nilainya diketahui untuk seperangkat tertentu kondisi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya.
Klasifikasi ekstraksi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi terdiri atas 4 yaitu:
n     Ekstraksi  khelat
n     Ekstraksi solvasi
n     Ekstraksi pasangan ion
n     Ekstraksi sinergi
Berdasarkan jenis sampel yang hendak diekstrak, pemisahan kimia menggunakan ekstraksi dibedakan menjadi 4 yaitu:
  1. Ekstraksi Padat-Cair
  2. Ekstraksi Cair-Cair,
  3. Ekstraksi Fase Padat
  4. Ekstraksi Asam Basa
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara yaitu:
  1. Ekstraksi bertahap (batch-extraction = ekstraksi sederhana),
  2. Ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan
  3. Ekstraksi arah berlawanan (counter current extraction)
Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut yaitu terbentuknya emulsi.Emulsi dapat dipecah dengan cara:
  1. Penambahan garam ke dalam fase air (salting out)
  2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah yang digunakan
  3. Penyaringan melalui glass-wood
  4. Penyaringan dengan menggunakan kertas saring
  5. Penambahan sedikit pelarut organic yang berbeda
  6. Sentrifugasi
Teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikat pada protein meliputi:[20]
  1. Penambahan detergen
  2. Penambahan pelarut organic yang lain
  3. Penambahan asam kuat
  4. Pengenceran air
  5. Penggantian dengan senyawa yang mampu mengikat lebih kuat
Untuk memilih jenis pelarut yang sesuai harus diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
  1. Pembanding distribusi tinggi untuk gugus yang bersangkutan dan pembanding distribusi rendah untuk gugus pengotor lainnya
  2. Kelarutan rendah dalam air
  3. Kekentalan rendah dan tidak membentuk emulsi dengan air
  4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
  5. Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya untu keperluan analisa lebih lanjut.
Bila suatu zat terlarut membagi antara dua ciran yang tidak dapat campur , ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu zat terlarut akan membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah pada suatu temperature tertentu sebagai berikut:
 = tetap

DAFTAR PUSTAKA
Day.2002. Analisis Kimia Kuantitatif .Jakarta: Erlangga
Khamidinal.2009. Teknik Laboratorium Kimia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press
Oxtoby , David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga
Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sri Mulyani. 2005. Kimia Fisika II. Malang: UM Press

[1] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 340.
[2] Sri Mulyani, Kimia Fisika II (Malang: UM Press, 2005), hal 22
[3] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 86
[4] Ibid, hal 87
[5] Ibid, hal 87
[6] Ibid, hal 87
[7] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 49-50
[8] Ibid, hal 50
[9] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 101-102
[10] Di ambil dari beberapa referensi
[11] Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 139-140
[12] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 46
[13]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 52
[14] Ibid, hal 52
[15]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 50
[16] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 161
[17] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 457
[18] Ibid, hal 458
[19] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 458
[20] Ibid, hal 50

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI CAIRAN

I. TUJUAN PERCOBAAN 

Mencari overall stage efficiency dari suatu rangkaian ekstraksi cairan dan menentukan komposisi larutan keluar tiap-tiap stage serta prosen recovery dari suatu operasi ekstraksi cairan.



II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi berdasarkan kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.

Tahapan-tahapan dalam ekstraksi sebagai berikut:

· Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak sehingga terjadi perpindahan perpindahan massa secara difusi pada bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut.

· Memisahkan larutan ekstrak dari refinat dengan cara penjernihan atau filtrasi.

· Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut dengan menguapkan pelarut

(Bernasconi dkk, 1995)



B. Ekstraksi Dengan Pelarut

Ekstraksi pelarut dilakukan berdasarkan sifat kelarutan yang komponen didalam kelarutan yang digunakan. Komponen gas larut dapat berupa padat atau cair. Ekstraksi padat-cair disebut juga ”leaching”. Dalam ekstraksi komponen yang larut dalam pelarut, perlu dilakukan pemilihan. Pelarut yang selektif yaitu pelarut yang dapat melarutkan komponen yang akan diambil atau dipisahkan. Konsentrasi komponen yang larut dalam pelarut makin besar, akibatnya kecepatan ekstraksi makin turun.

(Khopkar, 1990)




C. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Bernasconi, et.all, 1995).

Ekstraksi dapat digunakan untuk memisahkan lebih dari dua komponen, dan dalam beberapa penerapan tertentu, digunakan campuran pelarut, bukan satu pelarut saja (Mc Cabe, et.all, 1999).

Ekstraksi cairan merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer, karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro/ mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur (Khopkar, 1990).



D. Tahap Ekstraksi

Ekstraksi cair selalu terdiri atas dua tahap, yaitu percampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin.

Pada saat pencampuran terjadi pemindahan massa, yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama (media pembawa) dan masuk ke dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat, ekstraksi ini, bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi perpindahan massa yang baik, haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin diantara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan didistribusikan menjadi tetes-tetes kecil (dengan bantuan perkakas pengaduk) (Bernasconi, et.all, 1995).



E. Teknik Ekstraksi

Tiga metode dasar pada ekstraksi cairan:

a. Ekstraksi Batch

Merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah lapiran tercapai, didiamkan dan dipisahkan.

Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang lebih besar dengan jumlah pelarut yang kecil. Alat yang biasa digunakan pada ekstraksi Batch adalah corong pemisah.


b. Ekstraksi Kontinyu

Digunakan bila perbandingan distribusi relatif kecil sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinyu tergantung pada viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan, volume dari dua fase dan beberapa faktor lainnya.

c. Ekstraksi Kontinyu Counter Current

Fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstraksi. Biasanya digunakan untuk pemisahan zat, isolasi ataupun pemurnian (Khopkar, 1990).



F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dalam Pemilihan Pelarut

a. Selektivitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.

b. Kelurahan

Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar.

c. Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam bahan ekstraksi.

d. Kerapatan

Terutama pada ekstraksi cairan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fase dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.

e. Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-kompenen bahan ekstraksi

f. Titik Didih

Titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi.

g. Kriteria

Pelarut sebisa mungkin harus:

i. Murah

ii. Tersedia dalam jumlah besar

iii. Tidak beracun

iv. Tidak dapat terbakar

v. Tidak korotif

vi. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

vii. Memiliki viskositas yang rendah

viii. Stabil secara kimia dan termis

Beberapa pelarut yang terpenting adalah air, asam-asam organik dan anorganik, hidrokarbon jenuh, tolven, eter, aseton, isopropanol, etanol, karbon disulfit (Bernasconi, et.all, 1995).

Monday, September 9, 2013

Mengatasi Tombol Balas/Replay Yang Tidak Berfungsi

Selamat pagi semuanya sobat KID, kali ini saya akan coba share ilmu yang baru saya dapatkan dari si "Mbah" alias www.google.com. Yapp,,, disitu emang banya banget ilmu yang bisa kita dapatkan baik ilmu pelajaran maupun ilmu umum lainnya. Mungkin emang ini udah ilmu lama atau bisa juga dibilang tua banget, tapi maklum aja sobat, baru pertama kena masalah gini makanya saya baru aja dapet ilmu ini., :D
Mungkin dari kalian semua sudah pernah atau bahkan juga baru mendapatkan masalah yang sama seperti saya ini. Yap, beberapa template blogger dari sobat sekalian kadang bermasalah dengan tombol replay yang ada dibawah komentar pengunjung. Tombol replay yang seharusnya bisa di-klik dengan tujuan untuk membalas komentar dari pengunjung kita malah tidak berfungsi, alias tidak melakukan tugasnya dengan baik dan benar.
Oke, sobat KID akan saya paparkan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut,,, Check it Out...

1. Masuk ke Dasbor ---> Rancangan ---> Edit HTML
2. Menjaga kegagalan, backup dulu template anda ---> Download Template Lengkap
3. Centang Expand Template Widget
4. Cari kode dibawah ini :
Klik Untuk Melihat
<b:includable id='threaded_comment_js' var='post'>
  <script defer='defer' expr:src='data:post.commentSrc' type='text/javascript'/>

  <script type='text/javascript'>
    (function() {
      var items = <data:post.commentJso/>;
      var msgs = <data:post.commentMsgs/>;
      var postId = &#39;<data:post.id/>&#39;;
      var feed = &#39;<data:post.commentFeed/>&#39;;
      var authorName = &#39;<data:post.author/>&#39;;
      var authorUrl = &#39;<data:post.authorUrl/>&#39;;
      var blogId = &#39;<data:top.id/>&#39;;
      var baseUri = &#39;<data:post.commentBase/>&#39;;

// <![CDATA[
      feed += '?alt=json&v=2&orderby=published&reverse=false&max-results=50';
      var cursor = null;
      if (items && items.length > 0) {
        cursor = parseInt(items[items.length - 1].timestamp) + 1;
      }

      var bodyFromEntry = function(entry) {
        if (entry.gd$extendedProperty) {
          for (var k in entry.gd$extendedProperty) {
            if (entry.gd$extendedProperty[k].name == 'blogger.contentRemoved') {
              return '<span class="deleted-comment">' + entry.content.$t + '</span>';
            }
          }
        }
        return entry.content.$t;
      }

      var parse = function(data) {
        cursor = null;
        var comments = [];
        if (data && data.feed && data.feed.entry) {
          for (var i = 0, entry; entry = data.feed.entry[i]; i++) {
            var comment = {};
            // comment ID, parsed out of the original id format
            var id = /blog-(\d+).post-(\d+)/.exec(entry.id.$t);
            comment.id = id ? id[2] : null;
            comment.body = bodyFromEntry(entry);
            comment.timestamp = Date.parse(entry.published.$t) + '';
            if (entry.author && entry.author.constructor === Array) {
              var auth = entry.author[0];
              if (auth) {
                comment.author = {
                  name: (auth.name ? auth.name.$t : undefined),
                  profileUrl: (auth.uri ? auth.uri.$t : undefined),
                  avatarUrl: (auth.gd$image ? auth.gd$image.src : undefined)
                };
              }
            }
            if (entry.link) {
              if (entry.link[2]) {
                comment.link = comment.permalink = entry.link[2].href;
              }
              if (entry.link[3]) {
                var pid = /.*comments\/default\/(\d+)\?.*/.exec(entry.link[3].href);
                if (pid && pid[1]) {
                  comment.parentId = pid[1];
                }
              }
            }
            comment.deleteclass = 'item-control blog-admin';
            if (entry.gd$extendedProperty) {
              for (var k in entry.gd$extendedProperty) {
                console.log(entry.gd$extendedProperty[k].name + ' - ' + entry.gd$extendedProperty[k].value);
                if (entry.gd$extendedProperty[k].name == 'blogger.itemClass') {
                  comment.deleteclass += ' ' + entry.gd$extendedProperty[k].value;
                }
              }
            }
            comments.push(comment);
          }
        }
        return comments;
      };

      var paginator = function(callback) {
        if (hasMore()) {
          var url = feed;
          if (cursor) {
            url += '&published-min=' + new Date(cursor).toISOString();
          }
          window.bloggercomments = function(data) {
            var parsed = parse(data);
            cursor = parsed.length < 50 ? null
                : parseInt(parsed[parsed.length - 1].timestamp) + 1
            callback(parsed);
            window.bloggercomments = null;
          }
          url += '&callback=bloggercomments';
          var script = document.createElement('script');
          script.type = 'text/javascript';
          script.src = url;
          document.getElementsByTagName('head')[0].appendChild(script);
        }
      };
      var hasMore = function() {
        return !!cursor;
      };
      var getMeta = function(key, comment) {
        if ('iswriter' == key) {
          var matches = !!comment.author
              && comment.author.name == authorName
              && comment.author.profileUrl == authorUrl;
          return matches ? 'true' : '';
        } else if ('deletelink' == key) {
          return baseUri + '/delete-comment.g?blogID=' + blogId + '&postID=' + comment.id;
        } else if ('deleteclass' == key) {
          return comment.deleteclass;
        }
        return '';
      };

      var replybox = null;
      var replyUrlParts = null;
      var replyParent = undefined;

      var onReply = function(commentId, domId) {
        if (replybox == null) {
          // lazily cache replybox, and adjust to suit this style:
          replybox = document.getElementById('comment-editor');
          if (replybox != null) {
            replybox.height = '250px';
            replybox.style.display = 'block';
            replyUrlParts = replybox.src.split('#');
          }
        }
        if (replybox && (commentId !== replyParent)) {
          document.getElementById(domId).insertBefore(replybox, null);
          replybox.src = replyUrlParts[0]
              + (commentId ? '&parentID=' + commentId : '')
              + '#' + replyUrlParts[1];
          replyParent = commentId;
        }
      };

      var tok = 'comment-form_';
      var hash = window.location.hash || '';
      var startThread = hash.indexOf(tok) == 1 ? hash.substring(tok.length + 1) : undefined;

      // Configure commenting API:
      var configJso = {
        'maxDepth': 2
      };
      var provider = {
        'id': postId,
        'data': items,
        'loadNext': paginator,
        'hasMore': hasMore,
        'getMeta': getMeta,
        'onReply': onReply,
        'rendered': true,
        'initReplyThread': startThread,
        'config': configJso,
        'messages': msgs
      };

      var render = function() {
        if (window.goog && window.goog.comments) {
          var holder = document.getElementById('comment-holder');
          window.goog.comments.render(holder, provider);
        }
      };

      // render now, or queue to render when library loads:
      if (window.goog && window.goog.comments) {
        render();
      } else {
        window.goog = window.goog || {};
        window.goog.comments = window.goog.comments || {};
        window.goog.comments.loadQueue = window.goog.comments.loadQueue || [];
        window.goog.comments.loadQueue.push(render);
      }
    })();
// ]]>
  </script>
</b:includable>
5. Ganti semuanya dengan kode dibawah ini :
Klik Untuk Melihat
<b:includable id='threaded_comment_js' var='post'>
  <script async='async' expr:src='data:post.commentSrc' type='text/javascript'/>

  <script type='text/javascript'>
    (function() {
      var items = <data:post.commentJso/>;
      var msgs = <data:post.commentMsgs/>;
      var config = <data:post.commentConfig/>;

// <![CDATA[
      var cursor = null;
      if (items && items.length > 0) {
        cursor = parseInt(items[items.length - 1].timestamp) + 1;
      }

      var bodyFromEntry = function(entry) {
        if (entry.gd$extendedProperty) {
          for (var k in entry.gd$extendedProperty) {
            if (entry.gd$extendedProperty[k].name == 'blogger.contentRemoved') {
              return '<span class="deleted-comment">' + entry.content.$t + '</span>';
            }
          }
        }
        return entry.content.$t;
      }

      var parse = function(data) {
        cursor = null;
        var comments = [];
        if (data && data.feed && data.feed.entry) {
          for (var i = 0, entry; entry = data.feed.entry[i]; i++) {
            var comment = {};
            // comment ID, parsed out of the original id format
            var id = /blog-(\d+).post-(\d+)/.exec(entry.id.$t);
            comment.id = id ? id[2] : null;
            comment.body = bodyFromEntry(entry);
            comment.timestamp = Date.parse(entry.published.$t) + '';
            if (entry.author && entry.author.constructor === Array) {
              var auth = entry.author[0];
              if (auth) {
                comment.author = {
                  name: (auth.name ? auth.name.$t : undefined),
                  profileUrl: (auth.uri ? auth.uri.$t : undefined),
                  avatarUrl: (auth.gd$image ? auth.gd$image.src : undefined)
                };
              }
            }
            if (entry.link) {
              if (entry.link[2]) {
                comment.link = comment.permalink = entry.link[2].href;
              }
              if (entry.link[3]) {
                var pid = /.*comments\/default\/(\d+)\?.*/.exec(entry.link[3].href);
                if (pid && pid[1]) {
                  comment.parentId = pid[1];
                }
              }
            }
            comment.deleteclass = 'item-control blog-admin';
            if (entry.gd$extendedProperty) {
              for (var k in entry.gd$extendedProperty) {
                if (entry.gd$extendedProperty[k].name == 'blogger.itemClass') {
                  comment.deleteclass += ' ' + entry.gd$extendedProperty[k].value;
                }
              }
            }
            comments.push(comment);
          }
        }
        return comments;
      };

      var paginator = function(callback) {
        if (hasMore()) {
          var url = config.feed + '?alt=json&v=2&orderby=published&reverse=false&max-results=50';
          if (cursor) {
            url += '&published-min=' + new Date(cursor).toISOString();
          }
          window.bloggercomments = function(data) {
            var parsed = parse(data);
            cursor = parsed.length < 50 ? null
                : parseInt(parsed[parsed.length - 1].timestamp) + 1
            callback(parsed);
            window.bloggercomments = null;
          }
          url += '&callback=bloggercomments';
          var script = document.createElement('script');
          script.type = 'text/javascript';
          script.src = url;
          document.getElementsByTagName('head')[0].appendChild(script);
        }
      };
      var hasMore = function() {
        return !!cursor;
      };
      var getMeta = function(key, comment) {
        if ('iswriter' == key) {
          var matches = !!comment.author
              && comment.author.name == config.authorName
              && comment.author.profileUrl == config.authorUrl;
          return matches ? 'true' : '';
        } else if ('deletelink' == key) {
          return config.baseUri + '/delete-comment.g?blogID='
               + config.blogId + '&postID=' + comment.id;
        } else if ('deleteclass' == key) {
          return comment.deleteclass;
        }
        return '';
      };

      var replybox = null;
      var replyUrlParts = null;
      var replyParent = undefined;

      var onReply = function(commentId, domId) {
        if (replybox == null) {
          // lazily cache replybox, and adjust to suit this style:
          replybox = document.getElementById('comment-editor');
          if (replybox != null) {
            replybox.height = '250px';
            replybox.style.display = 'block';
            replyUrlParts = replybox.src.split('#');
          }
        }
        if (replybox && (commentId !== replyParent)) {
          document.getElementById(domId).insertBefore(replybox, null);
          replybox.src = replyUrlParts[0]
              + (commentId ? '&parentID=' + commentId : '')
              + '#' + replyUrlParts[1];
          replyParent = commentId;
        }
      };

      var hash = (window.location.hash || '#').substring(1);
      var startThread, targetComment;
      if (/^comment-form_/.test(hash)) {
        startThread = hash.substring('comment-form_'.length);
      } else if (/^c[0-9]+$/.test(hash)) {
        targetComment = hash.substring(1);
      }

      // Configure commenting API:
      var configJso = {
        'maxDepth': config.maxThreadDepth
      };
      var provider = {
        'id': config.postId,
        'data': items,
        'loadNext': paginator,
        'hasMore': hasMore,
        'getMeta': getMeta,
        'onReply': onReply,
        'rendered': true,
        'initComment': targetComment,
        'initReplyThread': startThread,
        'config': configJso,
        'messages': msgs
      };

      var render = function() {
        if (window.goog && window.goog.comments) {
          var holder = document.getElementById('comment-holder');
          window.goog.comments.render(holder, provider);
        }
      };

      // render now, or queue to render when library loads:
      if (window.goog && window.goog.comments) {
        render();
      } else {
        window.goog = window.goog || {};
        window.goog.comments = window.goog.comments || {};
        window.goog.comments.loadQueue = window.goog.comments.loadQueue || [];
        window.goog.comments.loadQueue.push(render);
      }
    })();
// ]]>
  </script>
</b:includable>
6. Simpan template anda dan lihat hasilnya...

Sekian ilmu yang mungkin bermanfaat untuk kita semua, khususnya saya,. ^_^

Saturday, September 7, 2013

PES 2013 Patch 6.0 - Released!

Pagi hari gini bingun mau ngapain. Daripada bingung mendingan upload PATCH 6.0 PES 2013 yang udah released 3 hari kemarin. Semoga sahabat KID bisa segera update patch kalian dan mainkan pes anda :D
PESEdit.com 2013 patch 6.0 akan menjadi versi terakhir dari PESEdit.com 2013 patch. Baru PESEdit.com 2013 patch 6.0 menambahkan 600 + transfer musim panas baru dengan total lebih dari 3000 transfer musim panas. Kit baru untuk lebih dari 20 tim juga telah ditambahkan.

  

NEW FEATURES PESEDIT.COM 2013 PATCH 6.0

  • Transfers: ALL transfers up to September 3 (600+ new summer transfers since patch version 5.1; in total 3000+ summer transfers)
  • New kits: Ajaccio, Atletico, Barcelona, Bastia, Bayern München, Benfica, Bordeaux, Brescia, CSKA Moscow, Evian, Kiev, Kobenhabn, Kuban Krasnodar, Leverkusen, Lyon, Nacional Madeira, Olhanense, Pacos Ferreira, PAOK, Porto, Real Sociedad, Schalke, Vitoria Setubal


GENERAL FEATURES PESEDIT.COM 2013 PATCH
  • Added new 1st division leagues: Bundesliga, Primera Division Argentina, Liga MX,
  • Russian Premier League, Spor Toto Süper Lig, Superleague Greece, Raiffeisen Super League
  • Added new 2nd division leagues: 2. Bundesliga, Liga Adelante, Npower Championship, Serie B, Ligue 2, Brasileirão Série B, Primera B Nacional
  • Added other teams (Arminia Bielefeld, BATE Borisov, BSC Young Boys, Dnipro Dnipropetrovsk, FC Basel, KRC Genk, Metalist Kharkiv, Steaua Bucureşti, Videoton FC, Viktoria Plzen + Indonesia, Malaysia)
  • Correct kits for all Premier League, Liga ZON Sagres + all National & Classic Teams
  • 13-14 summer transfers set
  • Corrected names for fake players in unlicensed National teams and ML unlockable players
  • Faces: ~800 new faces (all fixed by PESEDIT)
  • Includes newest DLC 6.00 & game version 1.04
  • Scoreboard and stadium switch in selector (download stadiums here)
  • Removed blur
  • Fixed boots + accessories for a lot players (Premier League, Ligue 1, Eredivisie, Serie A, Liga BBVA, Bundesliga and many more)

Download PESEDIT 2013 Patch 6.0 :

Uploaded :
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 1
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 2
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 3
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 4
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 5
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 6
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 7
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 8

Zippyshare :
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 2
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 3
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 4
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 5
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 6
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 7
Pesedit.com 2013 patch 6.0 Part 8

Torrent File :

**********************************************************
PESEDIT Update From 5.1 - 6.0 by NikolaJgd
***Klik Gambar Untuk Download***
 1. Pertama Ekstrak folder PES
2. Mulai PES EDIT update.exe pada monitor dengan mengklik tombol, maka Update
3. Tunggu info tentang instalasi

**********************************************************

Monday, August 26, 2013

Ayat Kursi (Q.S. Al-Baqarah:255)

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatu..

            Selamat pagi sobat KID, gimana kabar pagi anda kali ini semua?? Semoga Allah selalu melindungi dan memberi kita kesehatan,. Aminn Ya Rabbal'alamin,. ^_^
               Sesuai judul di atas kali ini saya akan coba share sedikit ilmu dari segi agama yang Insya Allah akan bermanfaat bagi kita semua selama di dunia ini. Ayat Kursi atau ayat ke-255 dari surah Al-Baqarah ini pastinya sudah pada yang tahu, atau paling tidak pernah mendengarnya bukan. Disini saya akan memberikan bagaimana tulisan atau penulisan Ayat Kursi ini dalam bentuk arab juga latinnya. Tidak hanya itu saja, saya akan menuliskan arti dari ayat tersebut serta yang terpenting beberapa manfaat dari ayat ini. Anda yang belum tahu atau mengerti betapa besar manfaat dari ayat ini pasti akan berangan-angan "Ahh..masakk".
               Tapi sobat KID tidak perlu berfikir seperti itu lagi, karena semua yang  telah dikehendaki oleh Allah azza wajalla tidak ada yang tidak mungkin "Kun Faya Kun" yang mempunyai arti "Jadi maka jadilah". Tinggal bagaimana kita melaksanakannya dengan syariat yang di ridhoi oleh Allah azza wajalla.
                  Baiklah silahkan anda membaca, mencermati, dan tentunya juga dengan mengamalkannya surah Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi) berikut:

Ayat Kursi

ALLAHU LAA ILAAHA ILLA HUWAL HAYYUL QAYYUMU. LAA TA'KHUDZUHUU SINATUW WA LAA NAUUM. LAHUU MAA FISSAMAAWAATI WA MAA FIL ARDHI. MAN DZAL LADZII YASFA'U 'INDAHUU ILLAA BI IDZNIHI. YA'LAMU MAA BAINA AIDIIHIM WA MAA KHALFAHUM. WA LAA YUHITHUUNA BI SYAI-IN MIN 'ILMIHII ILLAA BI MAASYAA-A. WASI'A KURSIYYUHUSSAMAAWAATI WAL ARDHA. WA LAA YA-UDHUU HIFZHUHUMAA WAHUWAL 'ALIYYUL AZHIIM.

Arti
Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Kekal lagi terus menerus mengurus makhlukNya, tidak mengantuk dan tidak tidur KepunyaanNya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izinNya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang meraka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS : Al-Baqarah : 255)

Khasiat
Beberapa khasiat Ayat Al-Kursi :

Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan khusyuk setiap kali selepas sholat fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali keluar masuk rumah atau hendak musafir, insyaAllah akan terpeliharalah dirinya dari godaan syaitan, kejahatan manusia, binatang buas yang akan memudaratkan dirinya bahkan keluarga, anak-anak, harta bendanya juga akan terpelihara dengan izin Allah s.w.t.

Mengikut keterangan dari kitab "Asraarul Mufidah" sesiapa mengamalkan membacanya setiap hari sebanyak 18 kali maka akan dibukakan dadanya dengan berbagai hikmah, dimurahkan rezekinya, dinaikkan darjatnya dan diberikannya pengaruh sehingga semua orang akan menghormatinya serta terpelihara ia dari segala bencana dengan izin Allah.

Syeikh Abu Abbas ada menerangkan, siapa yang membacanya sebanyak 50 kali lalu ditiupkannya pada air hujan kemudian diminumnya, Insya-Allah, Allah akan mencerdaskan akal fikirannya serta memudahkannya menerima ilmu pengetahuan.

Rasullullah s.a.w. bersabda bermaksud: "Sesiapa pulang ke rumahnya serta membaca ayat Kursi, Allah hilangkan segala kefakiran di depan matanya.

Sabda baginda lagi; "Umatku yang membaca ayat Kursi 12 kali pada pagi jumaat, kemudian berwuduk dan sembahyang sunat dua rakaat, Allah memeliharanya daripada kejahatan syaitan dan kejahatan pembesar."

Orang yang selalu membaca ayat Kursi dicintai dan dipelihara Allah sebagaimana DIA memelihara Nabi Muhammad.

Mereka yang beramal dengan bacaan ayat Kursi akan mendapat pertolongan serta perlindungan Allah daripada gangguan serta hasutan syaitan.

Pengamal ayat Kursi juga, dengan izin Allah, akan terhindar daripada pencerobohan pencuri. Ayat Kursi menjadi benteng yang kuat menyekat pencuri daripada memasuki rumah.

Mengamalkan bacaan ayat Kursi juga akan memberikan keselamatan ketika dalam perjalanannya.

Ayat Kursi yang dibaca dengan penuh khusyuk, insya-Allah akan menyebabkan syaitan dan jin terbakar.

Jika anda berpindah ke rumah baru maka pada malam pertama anda menduduki rumah itu sebaiknya anda membaca ayat Kursi 100 kali, insya-Allah mudah-mudahan anda sekeluarga terhindar daripada gangguan lahir dan batin.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi apabila berbaring di tempat tidurnya, Allah mewakilkan 2 orang Malaikat memeliharanya hingga subuh.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir setiap sembahyang Fardhu, ia akan berada dalam lindungan Allah hingga sholat yang lain.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir tiap sholat, tidak menegah akan dia daripada masuk syurga kecuali maut, dan barang siapa membacanya ketika hendak tidur, Allah memelihara akan dia ke atas rumahnya, rumah jirannya & ahli rumah2 di sekitarnya.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi diakhir tiap-tiap sholat Fardhu, Allah menganugerahkan dia hati-hati orang yang bersyukur perbuatan2 orang yang benar, pahala nabi2 juga Allah melimpahkan padanya rahmat.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi sebelum keluar rumahnya, maka Allah mengutuskan 70,000 Malaikat kepadanya, mereka semua memohon keampunan dan mendoakan baginya.

Barang siapa membaca ayat Al-Kursi di akhir sembahyang Allah azza wajalla akan mengendalikan pengambilan rohnya dan ia adalah seperti orang yang berperang bersama nabi Allah sehingga mati syahid.

Barang siapa yang membaca ayat al-Kursi ketika dalam kesempitan niscaya Allah berkenan memberi pertolongan kepadanya Dari Abdullah bin 'Amr r.a.

Click This Widget